Sunday 28 September 2014

AKUNTANSI KUEANGAN MENENGAH

PENURUNAN NILAI
MAKALAH TUGAS 1
Disusun Guna Memenuhi Ujian Akhir Semester Gasal
Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 1








Disusun oleh :
Habibie Bagus Sambada
NIM. 12803244018


PENDIDIKAN AKUNTANSI (B)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 1 guna memenuhi tugas penulis dalam menyelesaikan Ujian Akhir Semester Gasal.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Adeng Pustikaningsih, M.Si selaku dosen Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 1 serta rekan-rekan yang berkenan mendukung dalam proses penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan laporan ini.

                                                                                          Yogyakarta, Januari 2014
                                                                                               

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam sejarah perkembangan akuntansi, penurunan nilai merupakan metode pelengkap depresiasi yang digunakan dalam model biaya (historical cost model). Hal ini dikarenakan metode depresiasi tidak mencerminkan perubahan nilai kini dari aset (Kvaal, 2005) Wiecek & Young (2009) menjelaskan bahwa tujuan penyajian sumber daya ekonomik di laporan posisi keuangan yaitu bahwa nilai aset yang dilaporkan dalam laporan keuangan itu diasumsikan tidak melebihi nilai aset yang dapat dipulihkan melalui pemanfaatan atau penjualan aset tersebut. Nilai jual aset atau nilai pemanfaatan aset yang lebih rendah dari nilai tercatat menunjukkan bahwa aset tersebut nilainya telah turun, atau dalam kata lain aset tersebut mengalami penurunan daya untuk menghasilkan aliran masuk manfaat ekonomik di masa depan. Jika hal demikian terjadi, maka nilai tercatat aset harus diturunkan hingga sebesar nilai terpulihkannya (dicatat rugi penurunan nilai).
Tujuan dari hal ini adalah agar nilai aset yang disajikan di laporan posisi keuangan tetap mencerminkan kewajaran sumber daya ekonomik yang dikuasai oleh entitas, sehingga informasi yang disajikan ini tidak menyesatkan para pengguna laporan keuangan dalam melakukan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai penurunan nilai.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi dan Ruang Lingkup Penurunan Nilai
Rugi penurunan nilai didefinisikan dalam PSAK 48 (revisi 2009) sebagai, “jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat suatu aset atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya.” Aset dikelompokkan ke dalam unit penghasil kas jika aset tersebut tidak menghasilkan aliran kas secara independen. Jika keadaan berubah (pada umumnya kebalikan indikasi rugi penurunan nilai), rugi penurunan nilai untuk aset selain goodwill dapat dibalik (reversed). Tujuannya untuk mencerminkan peningkatan kembali daya dari aset. Paragraf 2 dari PSAK 48 (revisi 2009) menjelaskan mengenai ruang lingkup pengaturan. Penurunan nilai diterapkan atas semua aset kecuali persediaan, aset kontrak konstruksi, aset imbalan kerja, aset keuangan dalam lingkup PSAK 55 (revisi 2006), properti investasi metode revaluasi, biaya tangguhan dan aset takberwujud dalam kontrak asuransi, serta aset tidak lancar dimiliki untuk dijual.
B.     Indikasi Penurunan Nilai
Uji penurunan nilai dapat dilakukan apabila terdapat indikasi adanya kasus penurunan nilai. Berikut ini terdapat beberapa pertimbangan dalam menilai adanya indikasi penurunan nilai berdasarkan PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 12,
Informasi dari sumber eksternal :
1.         Penurunan signifikan nilai pasar
2.         Perubahan negatif signifikan teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum
3.         Peningkatan suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar investasi
4.         Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.
5.         Informasi dari sumber internal
6.         Bukti keusangan atau kerusakan fisik aset.
7.         Perubahan signifikan atas penggunaan aset, penghentian aset atau restrukturisasi operasi, pelepasan aset, dan penilaian ulang umur manfaat aset dari tidak terbatas menjadi terbatas.
8.         Bukti internal bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diharapkan.
Informasi dari sumber – sumber internal yang terdiri dari :
1.         Adanya bukti kekuasaan atau kerusakan asset secara fisik.
2.         Akan terjadi dan atau telah terjadi dalam waktu yang pendek mengenai perubahan yang signifikan yang tentunya akan membuat dampak kerugian sehubungan dengan seberapa jauh cara suatu aset digunakan atau diharapkan untuk digunakan.
3.         Adanya bukti dari laporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi asset lebih buruk dari yang diharapkan.
4.         Adanya suatu investasi dalam entitas anak, entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas yang disajikan dalam laporang keuangan terpisah berdasar metode biaya.
Daftar indikasi penurunan nilai di atas hanya contoh dari beberapa indikasi. Entitas dapat menentukan indikasi lain terjadinya penurunan nilai. Selain disebutkan dalam PSAK 48 (revisi 2009), indikasi terjadinya penurunan nilai juga dinyatakan dalam PSAK 64. Perbedaannya dengan PSAK 48, indikasi dalam PSAK 64 dikhususkan untuk aset-aset dalam tahapan eksplorasi dan evaluasi. Berikut indikasi penurunan nilai yang dinyatakan dalam PSAK 64 (tidak terbatas pada daftar berikut) ,
1.      Hak eksplorasi di suatu wilayah telah atau akan kedaluarsa dan tidak diperbarui;
2.      Pengeluaran substantif untuk eksplorasi dan evaluasi di suatu wilayah tidak dianggarkan atau direncanakan;
3.      Tidak ditemukan sumber daya mineral yang memenuhi skala ekonomis dan entitas memutuskan untuk menghentikan aktivitas eksplorasi dan evaluasi;
4.      Meskipun pengembangan pada suatu wilayah tertentu sedang dalam proses pengerjaan, jumlah tercatat aset eksplorasi dan evaluasi tidak dapat terpenuhi seluruhnya dari keberhasilan pengembangan atau penjualan aset tersebut.
5.      Jika terdapat indikasi penurunan nilai seperti yang telah dijelaskan di atas, maka entitas harus melakukan uji penurunan nilai dengan cara membandingkan nilai tercatat aset dengan nilai terpulihkannya
C.    Contoh Kasus pada Perusahaan Jaya Digital Printing
Berikut kasus yang terjadi Di Perusahaan Jaya Digital Printing, pada tanggal 31 desember 2012. Perusahaan Jaya Digital Printing memiliki peralatan dengan biaya Rp 300.000.000, dan akumulasi penyusutan sebesar Rp 100.000.000. Peralatan tersebut memiliki total masa manfaat empat tahun dengan nilai sisa Rp 20.000.000. Informasi berikut berhubungan dengan peralatan ini.
1)      Nilai tercatat peralatan itu pada tanggal 31 Desember 2012, adalah Rp 200.000.000 (Rp 300.000.000 – Rp 100.000.000).
2)      Jaya Digital Printing menggunakan depresiasi garis lurus. Penyusutan Jaya Digital Printing adalah Rp 70.000.000 [ (Rp 300.000.000 -  Rp 20.000.000) : 4 ] untuk 2012 dan dicatat.
3)      Jaya Digital Printing telah menetapkan bahwa jumlah yang dapat diperoleh kembali untuk aset ini pada tanggal 31 desember 2012, adalah Rp 100.000.000
4)      Masa manfaat sisa peralatan setelah tanggal 31 Desember 2012, adalah 2 tahun

Jaya Digital Printing mencatat penurunan pada peralatan pada tanggal 31 Desember 2012, sebagai berikut :



Dr. Rugi Penurunan Nilai                                             Rp 100.000.000
     Kr. Akumulasi Depresiasi – Peralatan                                 Rp 100.000.000
 

Beban Depresiasi (Rp 100.000.000/2)                         Rp 50.000.000
     Akumulasi Depresiasi – Peralatan                                                   Rp 50.000.000
 
Setelah pengakuan kerugian penurunan nilai pada tahun 2012, nilai tercatat dari peralatan sekarang Rp 100.000.000 ( Rp 200.000.000 - Rp 100.000.000 ). Untuk tahun 2012, Jaya Digital Printing menentukan bahwa masa manfaat peralatan tidak berubah ( sisa masa manfaat peralatan masih dua tahun). Namun, estimasi nilai sisa peralatan sekarang nol. Jaya Digital Printing terus menggunakan depresiasi garis lurus dan membuat jurnal berikut untuk mencatat penyusutan untuk tahun 2012.

Jaya Digital Printing mencatat depresiasi pada periode tersebut mengikuti penurunan nilai dengan menggunakan nilai tercatat aset disesuaikan untuk penurunan nilai tersebut. nilai tercatat peralatan Jaya Digital Printing pada tanggal 31 desember 2012, adalah Rp 50.000.000 (Rp 300.000.000 – Rp100.000.000 - Rp 100.000.000 – Rp 50.000.000). Jika Jaya Digital Printing menentukan bahwa jumlah terpulihkan pada tanggal 31 Desember 2012, lebih rendah dari Rp 50.000.000 , maka rugi penurunan nilai tambahan dicatat.
D.    Analisis Perusahaan Jaya Digital Printing
Simulasi uji perhitungan nilai seperti pada contoh Perusahaan Jaya Digital Printing di atas berdasarkan persyaratan pada PSAK 48 (revisi 2009), yaitu jika terdapat indikasi penurunan nilai maka uji penurunan nilai baru akan dilakukan. Jika tidak ada indikasi penurunan nilai, maka uji penurunan nilai akan menjadi tidak relevan karena masih bisa untuk di manfaatkan untuk menghasilkan kas hingga jangga waktu yang lama, dan proyeksi aliran kas masa depan untuk jangka waktu yang lama akan tidak akurat.
Maka dari itu perlu dipahami bahwa simulasi yang dilakukan hanya untuk tujuan penentuan metode perhitungan yang paling mendekati persyaratan pada PSAK 48 (revisi 2009) dimana proyeksi aliran kas masa depan yang di gunakan dalam simulasi menggunakan beberapa asumsi kondisi kini sesuai dengan persyaratan PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 44


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Penurunan Nilai adalah kondisi dimana suatu entitas menghadapi penurunan nilai dari aset-asetnya, maka banyak entitas yang melakukan penghapusan terhadap aset jangka panjangnya. Standar akuntansi menyatakan bahwa suatu entitas harus mengevaluasi apakah terdapat suatu indikasi penurunan nilai terhadap aset yang dimilikinya. Daftar indikasi penurunan nilai diatas tidak dimaksudkan untuk mencakup seluruh indikasi. Entitas mungkin mengidentifikasi indikasi-indikasi lainnya bahwa suatu aset mungkin mengalami penurunan nilai.
Pengukuran aset selain dilakukan pada awal perolehan juga dilakukan pada periode setelah aset tetap tersebut diperoleh. Di dalam PSAK 48 (revisi 2009) terdapat perubahan yang signifikan mengenai perlakuan akuntansi aset tetap terutama tentang pengukuran nilai aset tetap setelah perolehan. Pada PSAK 48 (revisi 2009) mengakui adanya dua metode dalam perlakuan akuntansi aset tetap tersebut. Kedua metode itu adalah metode biaya historis dan metode revaluasian.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Martani, dkk. (2012). Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta : Salemba Empat
Kieso, Donald. E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D.Walfield. (2012). Intermediate Accounting : IFRS Edition. Volume 1. United State of America: John Wiley & Sons.