MAKALAH TUGAS 1
Disusun Guna
Memenuhi Ujian Akhir Semester Gasal
Mata Kuliah Akuntansi
Keuangan Menengah 1
Disusun oleh :
Habibie Bagus Sambada
NIM. 12803244018
PENDIDIKAN AKUNTANSI (B)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 1 guna memenuhi tugas penulis dalam
menyelesaikan Ujian
Akhir Semester Gasal.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah
ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk
perbaikan laporan ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam sejarah perkembangan akuntansi,
penurunan nilai merupakan metode pelengkap depresiasi yang digunakan dalam
model biaya (historical cost model).
Hal ini dikarenakan metode depresiasi tidak mencerminkan perubahan nilai kini
dari aset (Kvaal, 2005) Wiecek
& Young (2009) menjelaskan bahwa
tujuan penyajian sumber daya ekonomik di laporan posisi keuangan yaitu bahwa nilai aset yang
dilaporkan dalam laporan keuangan itu diasumsikan
tidak melebihi nilai aset yang dapat dipulihkan melalui pemanfaatan atau
penjualan aset tersebut. Nilai jual aset atau nilai pemanfaatan aset yang lebih
rendah dari nilai tercatat menunjukkan bahwa aset tersebut nilainya telah
turun, atau dalam kata lain aset tersebut mengalami penurunan daya untuk
menghasilkan aliran masuk manfaat ekonomik di masa depan. Jika hal demikian
terjadi, maka nilai tercatat aset harus diturunkan hingga sebesar nilai
terpulihkannya (dicatat rugi penurunan nilai).
Tujuan dari hal ini adalah agar nilai
aset yang disajikan di laporan posisi keuangan tetap mencerminkan kewajaran
sumber daya ekonomik yang dikuasai oleh entitas, sehingga informasi yang
disajikan ini tidak menyesatkan para pengguna laporan keuangan dalam melakukan
pengambilan keputusan. Oleh karena itu,
dalam makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai penurunan nilai.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi dan Ruang
Lingkup Penurunan Nilai
Rugi penurunan nilai
didefinisikan dalam PSAK 48 (revisi 2009) sebagai, “jumlah yang merupakan selisih
lebih jumlah tercatat suatu aset atau unit penghasil kas atas jumlah
terpulihkannya.” Aset dikelompokkan ke dalam unit penghasil kas jika aset
tersebut tidak menghasilkan aliran kas secara independen. Jika keadaan berubah
(pada umumnya kebalikan indikasi rugi penurunan nilai), rugi penurunan nilai
untuk aset selain goodwill dapat dibalik (reversed). Tujuannya
untuk mencerminkan peningkatan kembali daya dari aset. Paragraf 2 dari PSAK 48
(revisi 2009) menjelaskan mengenai ruang lingkup pengaturan. Penurunan nilai
diterapkan atas semua aset kecuali persediaan, aset kontrak konstruksi, aset
imbalan kerja, aset keuangan dalam lingkup PSAK 55 (revisi 2006), properti
investasi metode revaluasi, biaya tangguhan dan aset takberwujud dalam kontrak
asuransi, serta aset tidak lancar dimiliki untuk dijual.
B.
Indikasi Penurunan
Nilai
Uji penurunan nilai dapat dilakukan
apabila terdapat indikasi adanya kasus penurunan nilai. Berikut ini terdapat beberapa
pertimbangan dalam menilai adanya indikasi penurunan nilai berdasarkan PSAK 48
(revisi 2009) paragraf 12,
Informasi dari sumber eksternal :
1.
Penurunan
signifikan nilai pasar
2.
Perubahan negatif
signifikan teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum
3.
Peningkatan suku
bunga pasar atau tingkat imbalan pasar investasi
4.
Jumlah tercatat
aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.
5.
Informasi dari
sumber internal
6.
Bukti keusangan
atau kerusakan fisik aset.
7.
Perubahan
signifikan atas penggunaan aset, penghentian aset atau restrukturisasi operasi,
pelepasan aset, dan penilaian ulang umur manfaat aset dari tidak terbatas
menjadi terbatas.
8.
Bukti internal
bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang
diharapkan.
Informasi dari sumber – sumber internal yang terdiri
dari :
1.
Adanya bukti
kekuasaan atau kerusakan asset secara fisik.
2.
Akan terjadi dan
atau telah terjadi dalam waktu yang pendek mengenai perubahan yang signifikan
yang tentunya akan membuat dampak kerugian sehubungan dengan seberapa jauh cara
suatu aset digunakan atau diharapkan untuk digunakan.
3.
Adanya bukti dari
laporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi asset lebih buruk
dari yang diharapkan.
4.
Adanya suatu
investasi dalam entitas anak, entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas
yang disajikan dalam laporang keuangan terpisah berdasar metode biaya.
1.
Hak eksplorasi di
suatu wilayah telah atau akan kedaluarsa dan tidak diperbarui;
2.
Pengeluaran
substantif untuk eksplorasi dan evaluasi di suatu wilayah tidak dianggarkan
atau direncanakan;
3.
Tidak ditemukan
sumber daya mineral yang memenuhi skala ekonomis dan entitas memutuskan untuk
menghentikan aktivitas eksplorasi dan evaluasi;
4.
Meskipun
pengembangan pada suatu wilayah tertentu sedang dalam proses pengerjaan, jumlah
tercatat aset eksplorasi dan evaluasi tidak dapat terpenuhi seluruhnya dari
keberhasilan pengembangan atau penjualan aset tersebut.
5.
Jika terdapat
indikasi penurunan nilai seperti yang telah dijelaskan di atas, maka entitas
harus melakukan uji penurunan nilai dengan cara membandingkan nilai tercatat
aset dengan nilai terpulihkannya
C.
Contoh Kasus pada Perusahaan Jaya Digital Printing
Berikut kasus yang terjadi
Di Perusahaan Jaya Digital Printing, pada tanggal 31 desember 2012. Perusahaan
Jaya Digital Printing memiliki peralatan dengan biaya Rp
300.000.000, dan akumulasi
penyusutan sebesar Rp 100.000.000. Peralatan tersebut memiliki total masa manfaat empat
tahun dengan nilai sisa Rp 20.000.000. Informasi berikut berhubungan dengan
peralatan ini.
1) Nilai tercatat peralatan itu pada tanggal 31 Desember 2012,
adalah Rp 200.000.000
(Rp 300.000.000 – Rp 100.000.000).
2) Jaya Digital Printing menggunakan depresiasi garis lurus.
Penyusutan Jaya Digital Printing adalah Rp 70.000.000 [ (Rp 300.000.000 - Rp 20.000.000)
: 4 ] untuk 2012 dan dicatat.
3) Jaya Digital Printing telah menetapkan bahwa jumlah yang
dapat diperoleh kembali untuk aset ini pada tanggal 31
desember 2012, adalah Rp 100.000.000
Jaya Digital Printing mencatat penurunan pada peralatan
pada tanggal 31 Desember 2012, sebagai berikut :
|
|
Setelah pengakuan kerugian penurunan nilai
pada tahun 2012, nilai tercatat dari peralatan sekarang Rp 100.000.000 ( Rp 200.000.000 - Rp 100.000.000 ). Untuk tahun 2012, Jaya Digital Printing
menentukan bahwa masa manfaat peralatan tidak berubah ( sisa masa manfaat
peralatan masih dua tahun). Namun, estimasi nilai sisa peralatan sekarang nol. Jaya
Digital Printing terus menggunakan depresiasi garis lurus dan membuat jurnal
berikut untuk mencatat penyusutan untuk tahun 2012.
Jaya Digital Printing mencatat depresiasi pada periode tersebut mengikuti penurunan nilai dengan menggunakan nilai
tercatat aset disesuaikan untuk penurunan nilai tersebut. nilai tercatat
peralatan Jaya Digital Printing pada tanggal 31 desember 2012, adalah Rp 50.000.000 (Rp 300.000.000 – Rp100.000.000 - Rp 100.000.000 – Rp 50.000.000). Jika Jaya Digital Printing menentukan bahwa
jumlah terpulihkan pada tanggal 31 Desember 2012, lebih rendah dari Rp 50.000.000 , maka rugi penurunan nilai tambahan dicatat.
D.
Analisis Perusahaan Jaya Digital Printing
Simulasi uji perhitungan nilai seperti pada contoh Perusahaan
Jaya Digital Printing di atas berdasarkan persyaratan pada PSAK 48 (revisi
2009), yaitu jika terdapat indikasi penurunan nilai maka uji penurunan nilai
baru akan dilakukan. Jika tidak ada indikasi penurunan nilai, maka uji
penurunan nilai akan menjadi tidak relevan karena masih bisa untuk di
manfaatkan untuk menghasilkan kas hingga jangga waktu yang lama, dan proyeksi
aliran kas masa depan untuk jangka waktu yang lama akan tidak akurat.
Maka dari itu perlu dipahami bahwa simulasi yang
dilakukan hanya untuk tujuan penentuan metode perhitungan yang paling mendekati
persyaratan pada PSAK 48 (revisi 2009) dimana proyeksi aliran kas masa depan
yang di gunakan dalam simulasi menggunakan beberapa asumsi kondisi kini sesuai
dengan persyaratan PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 44
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penurunan Nilai adalah kondisi
dimana suatu entitas menghadapi penurunan nilai dari aset-asetnya, maka banyak
entitas yang melakukan penghapusan terhadap aset jangka panjangnya. Standar
akuntansi menyatakan bahwa suatu entitas harus mengevaluasi apakah terdapat
suatu indikasi penurunan nilai terhadap aset yang dimilikinya. Daftar indikasi
penurunan nilai diatas tidak dimaksudkan untuk mencakup seluruh indikasi.
Entitas mungkin mengidentifikasi indikasi-indikasi lainnya bahwa suatu aset
mungkin mengalami penurunan nilai.
Pengukuran aset selain
dilakukan pada awal perolehan juga dilakukan pada periode setelah aset tetap
tersebut diperoleh. Di dalam PSAK 48
(revisi 2009) terdapat perubahan yang signifikan mengenai
perlakuan akuntansi aset tetap terutama tentang pengukuran nilai aset tetap
setelah perolehan. Pada PSAK
48 (revisi 2009) mengakui adanya dua metode dalam perlakuan akuntansi aset tetap tersebut. Kedua
metode itu adalah metode
biaya historis dan metode revaluasian.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Martani, dkk. (2012).
Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta : Salemba Empat
Kieso, Donald. E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D.Walfield. (2012). Intermediate Accounting
: IFRS Edition. Volume
1. United State of America: John Wiley & Sons.